Global Variables

Rabu, 25 April 2012

MENYINGKAP PROSES TERJADINYA GERHANA

MENYINGKAP PROSES TERJADINYA GERHANA

A.    Pendahuluan
Gerhana merupakan salah satu fenomena alam yang pernah kita temui sepanjang perjalanan hidup kita, meskipun intensitasnya tak serutin pergantian siang malam, namun fenomena gerhana sudah sering didengar, bahkan fenomena ini sering dibicarakan. Tak jarang kehadirannya dikaitkan dengan pertanda zaman atau pertanda sesuatu yang menyeramkan. Akibatnya bila melakukan sesuatu yang dianggap tidak biasa ketika fenomena ini terjadi, akan mendapat musibah yang besar.
Gerhana dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah eclipse dan bahasa Arab dikenal kusuf atau khusuf. Pada dasarnya istilah kusuf  dan khusuf  dapat dipergunakan untuk menyebut gerhana matahari maupun gerhana bulan. Hanya saja kata kusuf  lebih dikenal untuk menyebut gerhana matahari, sedangkan kata khusuf untuk gerhana bulan.[1]
Zaman dahulu gerhana merupakan fenomena alam yang ditakuti oleh masyarakat. Hal ini bisa dilihat dari penamaan gerhana dengan kata eclipse (gerhana) yang berasal dari bahasa Yunani eklipsis (peninggalan), yang menunjukkan betapa orang-orang zaman dahulu takut terhadap fenomena ini, yaitu sewaktu matahari ataupun bulan lenyap dari pandangan mata, nampak benda-benda langit itu meninggalkan manusia. Mereka menyangka fenomena gerhana merupakan tanda-tanda kurang baik atau bencana.[2]
Dalam kajian astronomi, sesungguhnya fenomena gerhana tidak bisa dikaitkan dengan keyakinan-keyakinan masa lalu yang berkembang di kalangan masyarakat hingga saat ini, dalam hadis nabi pun dijelaskan bahwa fenomena gerhana bukanlah suatu sinyal akan adanya kelahiran maupun kematian seseorang.
Untuk itu, dalam makalah ini akan dikupas bagaimana proses gerhana itu terjadi secara ilmiah, serta dengan menampilkan dalil-dalil naqli yang menolak anggapan bahwa gerhana merupakan suatu sinyal akan adanya suatu bencana.

B.     Dasar Hukum Gerhana Bulan
Di luar tataran ilmiah, setiap fenomena yang terjadi di alam ini mempunyai hukumnya. Dalam Islam, terdapat beberapa sumber yang dapat dijadikan rujukan mengenai fenomena gerhana, yaitu:
1.      Dasar Hukum al-Qur’an
Ø QS. al-Qiyamah: 8

Artinya: “Dan apabila bulan telah hilang cahayanya”

Ø QS. Fushilat: 37

Artinya: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. janganlah sembah matahari maupun bulan, tapi sembahlah Allah yang menciptakannya, jika ialah yang kamu hendak sembah.”

Maka jelaslah, dari ayat-ayat tersebut menunjukkan bahwa sesungguhnya keberadaan gerhana merupakan salah satu tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran Allah, sebagaimana Allah juga menciptakan siang dan malam dalam sebuah keharmonian kehidupan manusia. Betapapun canggihnya teknologi masa kini, bagaimanapun hebatnya manusia tak mampu menandingi kekuasaan Allah yang demikian mengagumkan. Anggapan bahwa gerhana merupakan suatu tanda akan adanya marabahaya nampaknya telah jelas-jelas terpatahkan dengan firman-Nya yang maha benar. Setiap fenomena yang terjadi di alam ini tak terlepas dari ketentuan-Nya, fenomena gerhana merupakan salah satu tanda kekuasaan Allah yang diperlihatkan kepada makhluk-Nya.

2.      Dasar Hukum Hadis
Banyak sekali hadis nabi yang membincang tentang gerhana, baik itu gerhana matahari ataupun bulan. Berikut adalah hadis nabi yang menerangkan gerhana:
Ø HR. Muslim dari ‘Ubaid bin ‘Umair
و حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَكْرٍ أَخْبَرَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ قَالَ سَمِعْتُ عَطَاءً يَقُولُ سَمِعْتُ عُبَيْدَ بْنَ عُمَيْرٍ يَقُولُ :أَنَّ الشَّمْسَ انْكَسَفَتْ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَصَلَّى رَسُولِ اللَّهِ ثُمَّ قَالَ إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لَا يَكْسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ وَلَكِنَّهُمَا مِنْ آيَاتِ اللَّهِ يُخَوِّفُ اللَّهُ بِهِمَا عِبَادَهُ فَإِذَا رَأَيْتُمْ كُسُوفًا فَاذْكُرُوا اللَّهَ حَتَّى يَنْجَلِيَا.[5]

Artinya: “Telah bercerita kepada kami Ishaq bin Ibrahim Muhammad bin Bakar telah bercerita kepadaku, telah bercerita kepada kami Ibnu Juraij, ia berkata: aku mendengar Atha’ berkata: aku mendengar ‘Ubaid bin ‘Umair berkata: sesungguhnya telah terjadi gerhana di zaman Rasulullah SAW, kemudian Rasulullah shalat bersama para sahabatnya. Lalu Rasulullah bersabda: sesungguhnya matahari dan bulan tidak mengalami gerhana karena kematian dan hidupnya seseorang, tetapi keduanya termasuk tanda-tanda kebesaran Allah, dan dengan keduanya Allah menakut-nakuti hamba-Nya. Maka jika kalian melihat gerhana, berdzikirlah kepada Allah (shalat) hingga ia terang kembali.”

3.      Dasar Astronomi
Bulan melengkapi satu putaran mengelilingi Bumi dalam waktu 27,3 hari. Jadi setiap 27,3 hari, Bulan akan kembali ke posisi semula di langit (relatif terhadap bintang-bintang). Periode ini dinamakan periode sideris Bulan. Pada saat Bulan kembali ke posisi semula di langit, posisi Matahari telah bergeser akibat pergerakan Bumi mengelilingi Matahari. Untuk membentuk konfigurasi semula (Bumi-Bulan-Matahari), Bulan membutuhkan waktu tambahan sekitar dua hari. Bulan membutuhkan waktu 29,53 hari untuk kembali dari satu fase ke fase yang sama (misalnya dari fase purnama kembali ke fase purnama). Periode ini dinamakan periode sinodis Bulan. Karena bidang orbit Bulan yang tidak sebidang dengan bidang orbit Bumi (ekliptika), yaitu membentuk sudut 5,2°, maka orbit bulan tersebut memiliki dua titik perpotongan dengan lingkaran ekliptika. Titik potong ini dikenal dengan nama titik node (uqdah). Pada saat bulan berada tepat pada titik potong ini, cahaya bulan berangsur-angsur menghilang karena sinar matahari yang sampai ke bulan tertutup oleh bumi. Pada saat itulah terjadi gerhana Bulan.[6]

C.    Macam-Macam Gerhana Bulan
Pada peristiwa gerhana bulan, kita mengenal empat macam gerhana, yaitu: gerhana bulan total, gerhana bulan sebagian, gerhana bulan penumbral total, dan gerhana bulan sebagian penumbral. Perbedaan jenis-jenis gerhana bulan tersebut terletak pada bayangan Bumi mana yang jatuh ke permukaan Bulan saat fase maksimum gerhana terjadi.
Berdasarkan keadaan saat fase puncak gerhana, gerhana bulan dapat dibedakan menjadi:[7]
  1. Gerhana Bulan Total
Jika saat fase gerhana maksimum gerhana, keseluruhan Bulan masuk ke dalam bayangan inti / umbra Bumi, maka gerhana tersebut dinamakan gerhana bulan total. Gerhana bulan total ini maksimum durasinya bisa mencapai lebih dari 1 jam 47 menit.[8]
  1. Gerhana Bulan Sebagian
Jika hanya sebagian Bulan saja yang masuk ke daerah umbra Bumi, dan sebagian lagi berada dalam bayangan tambahan / penumbra Bumi pada saat fase maksimumnya, maka gerhana tersebut dinamakan gerhana bulan sebagian.
  1. Gerhana Bulan Penumbral Total
Pada gerhana bulan jenis ke- 3 ini, seluruh Bulan masuk ke dalam penumbra pada saat fase maksimumnya. Tetapi tidak ada bagian Bulan yang masuk ke umbra atau tidak tertutupi oleh penumbra. Pada kasus seperti ini, gerhana bulannya kita namakan gerhana bulan penumbral total.
  1. Gerhana Bulan Penumbral Sebagian
Dan gerhana bulan jenis terakhir ini, jika hanya sebagian saja dari Bulan yang memasuki penumbra, maka gerhana bulan tersebut dinamakan gerhana bulan penumbral sebagian.
Gerhana bulan penumbral biasanya tidak terlalu menarik bagi pengamat. Karena pada gerhana bulan jenis ini, penampakan gerhana hampir-hampir tidak bisa dibedakan dengan saat bulan purnama biasa.[9]

D.    Proses Terjadinya Gerhana Bulan
Momen terjadinya gerhana Bulan diurut berdasarkan urutan terjadinya, yaitu: P1, P2, U1, U2, Puncak gerhana, U3, U4, P3, dam P4.[10]
·           P1 : P1 adalah kontak I penumbra, yaitu saat piringan Bulan bersinggungan luar dengan penumbra Bumi. P1 menandai dimulainya gerhana bulan secara keseluruhan.
·           P2 :P2 adalah kontak II penumbra, yaitu saat piringan Bulan bersinggungan dalam dengan penumbra Bumi. Saat P2 terjadi, seluruh piringan Bulan berada di dalam piringan penumbra Bumi.
·           U1 :U1 adalah kontak I umbra, yaitu saat piringan Bulan bersinggungan luar dengan umbra Bumi.
·           U2 :U2 adalah kontak II umbra, yaitu saat piringan Bulan bersinggungan dalam dengan umbra Bumi. U2 ini menandai dimulainya fase total dari gerhana bulan.

Puncak Gerhana : Puncak gerhana adalah saat jarak pusat piringan Bulan dengan pusat umbra / penumbra mencapai minimum.[11]
·           U3 : U3 adalah kontak III umbra, yaitu saat piringan Bulan kembali bersinggungan dalam dengan umbra Bumi, ketika piringan Bulan tepat mulai akan meninggalkan umbra Bumi. U3 ini menandai berakhirnya fase total dari gerhana bulan.
·           U4 : U4 adalah kontak IV umbra, yaitu saat piringan Bulan kembali bersinggungan luar dengan umbra Bumi.
·           P3 : P3 adalah kontak III penumbra, yaitu saat piringan Bulan kembali bersinggungan dalam dengan penumbra Bumi. P3 adalah kebalikan dari P2.
·           P4 : P4 adalah kontak IV penumbra, yaitu saat piringan Bulan kembali bersinggungan luar dengan penumbra Bumi. P4 adalah kebalikan dari P1, dan menandai berakhirnya peristiwa gerhana bulan secara keseluruhan.

Berdasarkan waktu-waktu kontak ini, peristiwa gerhana bulan melalui fase-fase:
·         fase gerhana penumbral: selang antara P1-U1, dan antara U4-P4
·         fase gerhana umbral: selang antara U1-U4
·         fase total: selang antara U2-U3

Tidak keseluruhan kontak dan fase akan terjadi saat gerhana bulan. Jenis gerhana bulan menentukan kontak-kontak dan fase gerhana mana saja yang akan terjadi. Misalnya saat gerhana bulan total, keseluruhan kontak dan fase akan dilalui. Untuk gerhana bulan sebagian, karena tidak keseluruhan Bulan masuk dalam umbra Bumi, maka U2 dan U3 tidak akan terjadi, sehingga fase total tidak akan diamati. Untuk gerhana penumbral total, karena Bulan tidak menyentuh umbra Bumi, maka U1, U2, U3, dan U4 tidak akan terjadi, karena itu fase gerhana umbral tidak akan diamati. Sedangkan pada gerhana penumbral sebagian, hanya P1 dan P4 saja yang akan terjadi. [12]
Berbeda dengan gerhana matahari, pada gerhana bulan, waktu-waktu kontak dan saat terjadinya suatu fase gerhana, tidak dipengaruhi oleh lokasi pengamat. Semua pengamat yang berada di belahan Bumi yang mengalami gerhana akan mengamati waktu-waktu kontak (umbra dan penumbra) pada saat yang bersamaan.[13]

E.     Saros Cycle
Saros cycle (siklus Saros) adalah Periode dimana gerhana bulan atau matahari berulang kembali setiap 18 tahun 11 hari 8 jam.[14] Periode saros (18 tahun 10 hari lebih 1/3 hari) adalah 223 kali bulan sinodis. Gerhana yang dipisahkan oleh 223 bulan sinodis memiliki karakteristik yang sama karena 223 bulan sinodis (6585,321 hari) itu kurang lebih sama dengan 242 bulan drakonis (6585,357 hari).[15] Artinya pada selang satu periode saros, Bulan kembali pada fase yang sama pada titik node yang sama juga.
Sementara itu, 223 bulan sinodis itu juga kurang lebih sama dengan 239 bulan anomalistis (6585,537 hari).[16] Ini membuat selang satu periode saros selain mengembalikan Bulan pada fase yang sama pada titik node yang sama, juga mengembalikan Bulan pada jarak yang (kurang lebih) sama dari Bumi. Karenanya, gerhana yang dipisahkan oleh periode saros akan memiliki karakteristik yang mirip.
Akibat panjang periode saros yang panjang harinya memiliki pecahan (kira-kira 1/3), maka saat gerhana berikutnya yang terpisahkan oleh satu periode saros terjadi, bumi telah berputar kira-kira 1/3 hari. Karena itu, lintasan gerhana yang dipisahkan oleh satu periode saros akan bergeser 120º ke arah barat. Dan setiap 3 siklus saros (54 tahun 31 hari, atau 19756 hari), gerhana bisa diamati pada wilayah geografi yang sama.

F.     Penutup
Demikian makalah ini kami buat dengan tujuan memenuhi tugas mata kuliah Hisab Gerhana Bulan dengan harapan semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan para pembaca. Tentunya makalah ini terdapat banyak kekurangan baik dari segi penulisan maupun penyampaian, maka kami selaku pemakalah mengharap saran dan kritik dari dosen dan pembaca semuanya.
 DAFTAR PUSTAKA
Azhari, Susiknan, Ensiklopedi Hisab Rukyat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008.

Badan Hisab dan Rukyah Departemen Agama, Almanak Hisab Rukyat, Jakarta: Proyek Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, 1981.

Cole, Franklyn W., Fundamental Astronomy: Solar System and Beyond, Canada, 1974.

Departemen Agama RI, al-Quran dan Terjemahnya, Semarang: CV. Alwaah, 1995.

Karttunen, Hannu, Fundamental Astronomy, Helsinki:Ursa Astronomical Association, 2003.

Khazin, Muhyiddin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktek, Yogyakarta: Buana Pustaka, 2004.

Morino, Ian, Introduction to Astronomy and Cosmology, UK, 2008.

Raharto, Moedji, Gerhana (Kumpulan Artikel Staf, Mahasiswa, dan Alumni Jurusan Astronomi ITB), Bandung: Bosscha Observatory Lembang.




[1] Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktek, Yogyakarta: Buana Pustaka, 2004, hlm 187.
[2] http://lubanghitam.com// (diakses tanggal 7 Oktober 2011)
[3] Departemen Agama RI, al-Quran dan Terjemahnya, Semarang: CV. Alwaah, 1995, hlm 998.
[4] Ibid, hlm 778.
[5] Shohih Muslim, Hadis no. 1504
[6]Hannu Karttunen, Fundamental Astronomy, Helsinki:Ursa Astronomical Association, 2003, hlm. 135
[7] http://sunearth.gsfc.nasa.gov/eclipse/  (diakses  tanggal 11 Oktober 2011)
[8]Franklyn W. Cole, Fundamental Astronomy: Solar System and Beyond, Canada, 1974, hlm. 136
[9]Badan Hisab dan Rukyah Departemen Agama, Almanak Hisab Rukyat, Jakarta: Proyek Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, 1981, hlm. 146
[10]http://sunearth.gsfc.nasa.gov/eclipse/  (diakses  tanggal 11 Oktober 2011)
[11]Moedji Raharto, Gerhana (Kumpulan Artikel Staf, Mahasiswa, dan Alumni Jurusan Astronomi ITB), Bandung: Bosscha Observatory Lembang.
[12]Hannu Karttunen, op. cit., hlm. 139
[13]Ian Morino, Introduction to Astronomy and Cosmology, UK, 2008, hlm. 96
[14]Susiknan Azhari, Ensiklopedi Hisab Rukyat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008, hlm. 190
[15]Bulan Drakonis (Draconic Month): interval waktu yang dibutuhkan Bulan untuk bergerak dari satu node kembali ke node tersebut. Panjang bulan drakonis: 27,21222 hari = 27h 05j 06m
[16]Bulan Anomalistis (Anomalistic Month): interval waktu yang dibutuhkan Bulan untuk bergerak dari perigee kembali ke perigee. Panjang bulan anomalistis: 27,55455 hari = 27h 13j 19m

1 komentar:

  1. KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.الالله صلى الله عليه وسلموعليكوتهله صلى الل

    KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.الالله صلى الله عليه وسلموعليكوتهله صلى الل


    KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.الالله صلى الله عليه وسلموعليكوتهله صلى الل

    BalasHapus